Senin, 01 Agustus 2011

Akhlak dan Kepribadian Ibnu Taimiyah


        Setiap Ahlussunnah pasti mengenal sosok Ulama yang satu ini, begitu juga setiap ahlul bid’ah pasti juga mengenal sosok yang istimewa ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pada masa mudanya tumbuh dalam pengawasan yang sempurna, sikap ‘iffah (menjaga kehormatan), ketergantungan dan pengabdian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sederhana dalam berpakaian dan makanan.
     
       Perawakannya dapat kita lukiskan. Kulitnya putih, dengan rambut dan janggut hitam serta sedikit beruban.Rambut beliau sampai menyentuh ujung telinga beliau. Kedua matanya bersinar-sinar seolah-olah dua buah lisan yang sedang berbicara.Perawakannya sedang, dadanya bidang. Suaranya besar, fasih, sangat cepat membaca dan tajam, tapi beliau tekan dengan sifat santun yang dimilikinya.
      

        Keutamaannya sudah tampak sejak kecilnya. Diceritakan oleh Al-Bazzar dalam A’lamul ‘Aliyyah, setiap kali hendak menuju tempat belajarnya,Ibnu Taimiyah dihadang oleh seorang Yahudi dengan sejumlah pertanyaan karena melihat kecerdasannya yang luar biasa. Semua pertanyaan itu dijawab dengan cepat oleh Ibnu Taimiyah. Bahkan beliau menjelaskan kepada Yahudi itu kebatilan yang diyakininya selama ini. Tidak lama setelah mendengarkan keterangan dari beliau setiap kali mereka bertemu,Yahudi itupun masuk Islam dan baik Islamnya.

       Seiring dengan kemasyhuran beliau dalam ilmu dan fiqih, amar ma’ruf nahi munkar, Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan pula kepada beliau berbagai perilaku yang terpuji, hingga beliau dikenal bahkan dipersaksikan oleh manusia tentang keadaan ini.

       Di rumah, beliau sangat santun. Ash-Shafadi mengisahkan dalam Al-Wafibil Wafayat : “Diceritakan kepadaku, bahwa ibunda Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah memasak makanan sejenis labu tetapi rasanya pahit. Mulanya dicicipi oleh ibunda beliau. Ketika merasakan pahitnya, dia meninggalkan makanan itu sebagaimana adanya. Suatu ketika, Syaikhul Islam menanyakan adakah sesuatu yang dapat dimakan? Ibunya menceritakan bahwa tadi dia memasak makanan tetapi rasanya pahit. Syaikhul Islam menanyakan letak makanan itu. Sang ibu menunjukkan tempatnya dan beliaupun duduk menyantap makanan itu sampai kenyang, tanpa mencelanya sedikitpun.”

       Demikianlah tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamsebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
“Tidaklah pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela satu makanan sama sekali. Kalau beliau suka, beliau menyantapnya dan bila tidak, beliaupun meninggalkannya.”


Sumber : http://kisahislami.com/akhlak-dan-kepribadian-ibnu-taimiyah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar